cara mengenali hubungan sehat dan toxic

Kenali Perbedaan Hubungan Sehat dan Toxic Seperti Apa

Hubungan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat positif seperti dukungan, kasih sayang, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Namun, hubungan juga dapat memberikan dampak negatif seperti stres, konflik, kekerasan, dan kesedihan. Hubungan sehat dan toxic adalah dua jenis hubungan yang berbeda secara kualitas dan karakteristik. Apa saja perbedaan hubungan sehat dan toxic? Bagaimana cara mengenali hubungan sehat dan toxic? Artikel ini akan menjelaskan tentang hubungan sehat dan toxic, serta perbedaan-perbedaan utama antara keduanya.

Apa itu Hubungan Sehat atau Healthy Relationship ? 

Hubungan sehat atau healthy relationship adalah hubungan yang, seimbang, dan menghormati hak dan kebutuhan masing-masing pihak. Hal ini dapat terjadi pada berbagai jenis hubungan, seperti hubungan asmara, keluarga, persahabatan, atau kerja. Hubungan sehat ditandai oleh beberapa ciri, antara lain:

Keseimbangan kekuasaan

Pihak-pihak dalam hubungan sehat saling menghargai, menghormati, dan mendukung pilihan atau batasan masing-masing. Pihak-pihak dalam hubungan sehat tidak mencoba mendominasi, mengontrol, atau memanipulasi pihak lain. Selain itu juga saling memberikan ruang, kebebasan, dan otonomi untuk berkembang dan berekspresi sesuai dengan identitas atau minat mereka.

Konflik yang dikelola dengan baik

Hubungan sehat tidak bebas dari konflik, pertengkaran, atau perselisihan. Namun, pihak-pihak dalam hubungan sehat dapat menyelesaikan konflik dengan baik. Pihak-pihak dalam hubungan sehat mau mendengarkan, menghargai, atau memahami sudut pandang atau perasaan pihak lain. Mereka juga mau mengakui kesalahan, meminta maaf, atau berdamai dengan pihak lain. Dalam hubungan sering kali menyelesaikan masalah dengan cara yang damai, adil, dan konstruktif.

Dukungan emosional yang memadai

Hubungan sehat memberikan dukungan emosional yang memadai bagi pihak-pihak yang terlibat. Pihak-pihak dalam hubungan sehat saling peduli, menghormati, atau mengapresiasi satu sama lain. Mereka juga saling memberikan perhatian, pengertian, atau penghiburan saat menghadapi masalah atau kesulitan. Pihak-pihak dalam hubungan sehat seringkali merasa nyaman, dihargai, atau bahagia.

Pola hubungan yang mempertahankan kesehatan mental.

Hubungan sehat dapat berdampak baik pada kesehatan mental pihak-pihak yang terlibat. Hubungan sehat dapat mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan, memperkuat rasa percaya diri, atau mendorong pertumbuhan pribadi. Selain itu juga dapat meningkatkan fungsi sosial, akademik, atau profesional pihak-pihak yang terlibat. Hubungan sehat dapat membuat pihak-pihak yang terlibat merasa termotivasi, bersemangat, atau berharap.

Apa itu Hubungan Toxic atau Toxic Relationship ? 

Hubungan toxic atau toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat, tidak seimbang, dan tidak menghormati hak dan kebutuhan masing-masing pihak. Toxic relationship dapat terjadi di berbagai jenis hubungan, seperti hubungan asmara, keluarga, persahabatan, atau kerja. Hubungan toxic ditandai oleh beberapa ciri, antara lain:

Ketidakseimbangan kekuasaan

Salah satu pihak dalam hubungan toxic seringkali mendominasi, mengontrol, atau memanipulasi pihak lain. Pihak yang dominan dapat menggunakan berbagai cara, seperti ancaman, paksaan, penyalahgunaan, atau pemerasan, untuk mempengaruhi perilaku, pikiran, atau perasaan pihak yang didominasi. Pihak yang didominasi seringkali merasa takut, bersalah, atau tidak berdaya untuk menentukan pilihan atau batasan mereka sendiri.

Konflik yang tidak dikelola dengan baik

Hubungan toxic seringkali penuh dengan konflik, pertengkaran, atau perselisihan yang tidak terselesaikan dengan baik. Pihak-pihak dalam hubungan toxic cenderung tidak mau mendengarkan, menghargai, atau memahami sudut pandang atau perasaan pihak lain. Mereka juga cenderung menyalahkan, mengkritik, atau menghina pihak lain. Konflik dalam hubungan toxic dapat berujung pada kekerasan fisik, verbal, atau emosional.

Dukungan emosional yang terbatas atau tidak ada

Hubungan toxic tidak memberikan dukungan emosional yang cukup atau bahkan sama sekali tidak ada. Pihak-pihak dalam hubungan toxic tidak saling peduli, menghormati, atau mengapresiasi satu sama lain. Mereka juga tidak saling memberikan perhatian, pengertian, atau penghiburan saat menghadapi masalah atau kesulitan. Pihak-pihak dalam hubungan toxic seringkali merasa kesepian, atau tidak bahagia.

Pola hubungan yang merusak kesehatan mental

Hubungan toxic dapat berdampak buruk pada kesehatan mental pihak-pihak yang terlibat. Hal ini dapat menimbulkan stres, depresi, kecemasan, rendah diri, trauma, atau gangguan mental lainnya. Hubungan toxic juga dapat mengganggu fungsi sosial, akademik, atau profesional pihak-pihak yang terlibat. Hubungan toxic dapat membuat pihak-pihak yang terlibat kehilangan rasa percaya diri, motivasi, atau harapan.

Baca Juga: Contoh Artificial Intelligence untuk Bisnis (floristjakarta.com)

Perbedaan hubungan Sehat dengan Toxic

Hubungan sehat dan toxic memiliki perbedaan yang sangat jelas dan signifikan. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara hubungan sehat dan toxic

1. Ketidakseimbangan Kekuasaan 

Dalam hubungan toxic, ada ketidakseimbangan kekuasaan antar pasangan. Salah satu pihak memiliki kekuasaan yang lebih besar dan mendominasi hubungan, sementara pihak lain memiliki kekuasaan yang lebih kecil dan tunduk pada hubungan. Sedangkan dalam hubungan sehat, tidak ada ketidakseimbangan kekuasaan antara pasangan atau anggota hubungan lainnya. Kedua pihak memiliki kekuasaan yang sama dan saling menghargai dalam hubungan. Kedua pihak bekerja sama, berdiskusi, dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan yang adil dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.

2. Konflik yang Dikelola Dengan Baik 

Dalam hubungan toxic, seringkali menyelesaikan konflik dengan cara yang tidak sehat, tidak efektif, dan tidak produktif. Konflik dapat berujung pada pertengkaran, kekerasan, penghinaan, atau pengabaian. Sedangkan dalam hubungan sehat, dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang sehat, efektif, dan produktif. Konflik dianggap sebagai peluang untuk belajar, berkembang, dan memperbaiki hubungan.

3. Dukungan Emosional yang Terbatas atau Tidak Ada

Dalam hubungan toxic, dukungan emosional yang diberikan atau diterima sangat terbatas atau tidak ada sama sekali. Pasangan atau anggota hubungan lainnya tidak saling mendukung, menghibur, atau memberi semangat saat menghadapi masalah, kesulitan, atau tantangan. Sedangkan dalam hubungan sehat, dukungan emosional yang diberikan atau diterima sangat banyak dan konsisten. Pasangan saling mendukung, menghibur, dan memberi semangat saat menghadapi masalah, kesulitan, atau tantangan. Pasangan saling berbagi, mendengarkan, dan memahami perasaan, pikiran, atau pengalaman satu sama lain.

4. Pola Hubungan yang Mempertahankan Kesehatan Mental

Dalam hubungan toxic, pola hubungan yang dijalani cenderung merusak kesehatan mental seseorang. Pasangan atau anggota hubungan lainnya seringkali merasa tertekan, tidak bahagia, tidak aman, atau tidak berharga dalam hubungan. Sedangkan dalam hubungan sehat, pola hubungannya cenderung mempertahankan kesehatan mental seseorang. Pasangan seringkali memiliki kesehatan mental yang baik, seperti tenang, optimis, percaya diri, atau puas akibat hubungan.

5. Integritas dan Kejujuran 

Dalam hubungan toxic, integritas dan kejujuran seringkali tidak dijunjung tinggi dalam hubungan. Pasangan seringkali berbohong, menipu, atau berkhianat satu sama lain. Sedangkan dalam hubungan sehat, selalu menjunjung tinggi integritas dan kejujuran dalam hubungan. Pasangan selalu jujur, setia, dan saling mempercayai satu sama lain.

Leave a Reply